Jumat, 16 April 2010

sejarah Anne Frank

Dalam sejarah kehidupan manusia yang diwarnai perang dan damai, keberadaan diary Anne Frank memiliki arti yang sangat penting dalam mengungkapkan fakta-fakta sejarah pendudukan Nazi, serta kekejaman dan penindasan atas kemanusiaan yang dilakukan Nazi selama Perang Dunia II, khususnya dalam pembantaian kaum Yahudi di Eropa. Annelies Marie “Anne” Frank (12 Juni 1929 – Maret 1945) adalah bocah perempuan berusia 13 tahun dari kaum Yahudi yang menuliskan kejadian yang daialaminya semasa pendudukan Nazi di Belanda. Saat itu, ia bersama keluarga dan keempat temanya bersembunyi di sebuah rumah seorang perempuan non -Yahudi bernama Hermine Santrouschitz atau lebih dikenal dengan nama Miep Gies. Gies pulalah yang kemudian berhasil meyelamatkan diary Anne Frank dan mengembalikannya kepada ayahanda Anne Frank, yakni Otto Frank karena hanya Otto dari keluarga Anne yang selamat dari pembantaian Nazi tersebut. Apa isi dan arti diary tersebut bagi sejarah dan kemanusiaan?
Diary yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa sejarah kemanusiaan dan penindasan terhadap nilai-nilai kemanusiaan tersebut, diberikan sebagai hadiah ulang tahun Anne yang ke-13. Sebelumnya, Anne menunjuk sebuah buku kecil yang dilihatnya bersama ayahnya dari sebuah jendela toko. Buku itu sendiri sebenarnya merupakan buku tanda tangan, tetapi Anne memutuskan untuk menggunakannya sebagai sebuah buku harian. Dalam buku hariannya, Anne menulis identifikasi yang menggambarkan dirinya, keluarganya, teman-temannya, teman laki-laki yang dia sukai, serta tempat-tempat yang suka dikunjunginya di sekitar tempat tinggalnya. Isi di awal buku hariannya memang menggambarkan dirinya sebagai seorang gadis kecil yang biasa. Namun, seiring peristiwa Perang Dunia II dan pendudukan Nazi, Anne juga menggambarkan perubahan-perubahan yang terjadi setelah pendudukan Jerman. Diary yang ditulisnya mengisahkan kehidupannya di persembunyian sejak 12 Juni 1942 hingga 1 Agustus 1944, serta menyuguhkan potret kehidupan sehari-hari yang mendalam di bawah penduukan Nazi. Karena itu, diary Anne Frank digambarkan sebagai karya yang dewasa dan berwawasan, dan melalui diarinya itu, Anne Frank menjadi salah satu korban holocaust yang paling banyak dibicarakan.
Diary Anne Frank kemudian menjadi sangat fenomenal sebagai sebuah refleksi tragedi sejarah kemanusiaan dalam kehidupan manusia. Tahun 1947, sang ayah Otto Frank menerbitkannya dan buku harian Anne kemudian menjadi buku pertama paling populer tentang holocaust yang dibaca jutaan orang di seluruh dunia dan diterjemahkan dari Bahasa Belanda ke dalam 65 bahasa, bahkan diangkat menjadi sebuah film dengan judul yang sama. Semua itu, tidak lepas dari perjuangan gigih seorang Gies yang pada Senin kemarin (11 Jan) tutup usia. Wanita berusia 100 tahun ini dapat dikatakan sebagai pahlawan, penyelamat sekaligus saksi kekejaman Nazi ketika ia menyembunyikan keluarga Frank di ruang bawah tanah rumahnya di Amsterdam. Ia menyembunyikan diary Anne setelah tentara Nazi “mengendus” keberadaan keluarga Frank di rumahnya dan mengirimnya ke kamp konsentrasi Bergen Belsen hingga Anne mengalami penderitaan panjang dan meninggal pada bulan Maret 1945 (hanya dua pekan sebelum kamp ini ditutup) akibat penyakit typus. Wanita tersebut begitu meyakini bahwa diary Anne Frank memiliki nilai “sakral” untuk sebuah sejarah.
Diary Anne Frank merupakan sebagian fakta dan data yang menunjukkan keunikan arti dan kedalaman makna, serta fungsi dan peran sebuah diary dalam sejarah kemanusiaan dan kehidupan kita. Seperti halnya Buku Harian Ibnu Batutah yang mengungkapkan fakta-fakta kejayaan Islam di Eropa, khusunya Spanyol, semasa kekuasaan Turki Usmani, diary Anne juga menunjukkan betapa pentingnya sebuah catatan harian sebagai bukti otentik sejarah. Dari sudut pandang kemanusiaan, Diary Anne Frank memiliki arti sebagai alah satu indikasi yang menguatkan banyaknya fakta bahwa perang, ambisi kekuasaan yang serakah, serta upaya pengeksistensian chauvinisme dalam bentuk apapun akan mengakibatkan penderitaan dan pelanggaran atas hak hidup, persamaan hak untuk berdampingan dengan damai, serta nilai-nilai kemanusiaan. Diary tersebut juga memberikan kontribusi dan sebuah pembelajaran faktual bahwa sebuah diary atau buku harian, memiliki arti dan peran besar untuk mengungkapkan fakta dan momentum sejarah kehidupan kita, membuka mata dan hati kita tentang arti dan makna kemanusiaan yang bermanfaat untuk kehidupan orang lain, bahkan generasi penerus kehidupan selanjutnya.
Diary tersebut juga mengingatkan kita bahwa diary tidak hanya berfungsi sebagai media untuk mencurahkan perasaan seseorang atas masalah yang dihadapinya, serta tidak hanya mencatat kejadian dan peristiwa yang kita alami sehari-hari, sebagaimana diungkapkan Alice D. Domar bahwa menulis buku harian merupakan sebuah langkah untuk mengungkapkan emosi dan perasaan kita, serta membantu merawat pikiran kita. Dalam praktiknya, diary memang dapat dijadikan media untuk menulis kejadian yang mengesankan, sehingga menjadi sebuah file kenangan yang berarti bagi kehidupan kita. Semoga kita bisa terus belajar dari hal-hal biasa dan sederhana, tetapi memiliki dampak luar biasa bagi kehidupan, seperti menulis dalam diary

sumber : www.republika.co.id, id.wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar